EFEKTIVITAS TERAPI BEKAM DAN BEKAM PLUS MURROTAL TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

Iklan Semua Halaman

EFEKTIVITAS TERAPI BEKAM DAN BEKAM PLUS MURROTAL TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

Staff Redaksi
Kamis, 04 Agustus 2022

 

JURNALIS NUSANTARA-1.COM|

ABSTRAK

Prevelensi hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 34,11%, tertinggi mengalami hipertensi di kalimantan selatan (44,13%) sedangkan terendah di papua (22,22%).


Adapun yang terdiagnosis oleh dokter hanya (8,36) dan yang minum obat antihipertensi (8,84), alasan tidak minum obat sebanyak (11,5) dan yang rutin mengukur tekanan darah ada (12,0) berdasarkan data tersebut dari 34,11% orang yang mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis tidak terdiagnosis.data menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis darah tinggi dan minum obat hipertensi.


Hal ini menunjukkan bahwa sebegian besar penderita hipertensi tidak menyadari menderita hipertensi ataupun mendapatkan pengobatan (Kemenkes, 2018). Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah menganalisis Efektivitas Terapi Bekam dan Bekam Plus Murrotal Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2020. Metode : penelitian ini adalah Quasi-experiment design dengan jenis two group pretest dan posttests design.


Uji statistic menggunakan uji Marginal Homogeneity. Sampel penelitian berjumlah 60 responden penderita hipertensi di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau.


Hasil Penelitian dengan menggunakan uji paired t test di ketahui nilai rerata sebelum dan setelah terapi komplementer Bekam dan Bekam Plus Murrotal dengan P value. 0,000 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan bahwa terapi komplementer Bekam dan Bekam Plus Murrotal terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi


Kata Kunci : Tekanan Darah, Bekam, Hipertensi, Bekam Plus Murrotal

 

Pendahuluan

Prevelensi hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 34,11%, tertinggi mengalami hipertensi di kalimantan selatan (44,13%) sedangkan terendah di papua (22,22%). Adapun yang terdiagnosis oleh dokter hanya (8,36) dan yang minum obat antihipertensi (8,84), alasan tidak minum obat sebanyak (11,5) dan yang rutin mengukur tekanan darah ada (12,0) berdasarkan data tersebut dari 34,11% orang yang mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis tidak terdiagnosis. Data menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis darah tinggi dan minum obat hipertensi.


Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan stres psikososial.


Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini. Pengendalian hipertensi, bahkan di negara maju pun, belum memuaskan. (Kemenkes, 2017).


Hipertensi tidakdapat disembuhkan, dan penderita seumur hidupnya akan terdiagnosa dengan hipertensi, walaupun hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi kejadiannya dapat dikontrol atau dikendalikan dengan manajemen hipertensi yang baik.


Tekanan darah yang tidak terkontrol pada hipertensi dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi hingga dapat menyebabkan kematian. Secara umum manajemen hipertensi dibagi menjadi dua yaitu manajemen dengan pengobatan secara farmakologis dan nonfarmakologis (Muttaqin, 2009; Udjianti, 2010).


Dalam mencegah komplikasi, maka penanganan untuk hipertensi dapat dilakukan secara pengobatan farmakologis, pengobatan nonfarmakologis, maupun pengobatan komplementer. Akhir-akhir ini banyak orang menyukai pengobatan komplementer, beberapa alasan diantaranya: biayanya terjangkau, tidak tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan efek penyembuhan cukup signifikan dan salah satu pengobatan komplementer yang dapat menangani hipertensi yaitu terapi bekam (Umar, 2008).


Bekam adalah suatu ungkapan yang dikenal oleh bangsa Indonesia seperti  canduk, canthuk, kop, cupping, mambakan dan lainnya.


Bekam merupakan terjemahan dari hijamah, dari kata al- hijmu berarti menghisap atau menyedot (Yasin, 2005).


Terapi bekam atau hijamah dapat diartikan sebagai metode penyembuhan dengan mengeluarkan zat toksin yang tidak terekskresikan oleh tubuh melalui permukaan kulit dengan cara melukai permukaan kulit dengan jarum dilanjutkan dengan penghisapan menggunakan piranti kop (cup) yang divakumkan (Majid, 2009).


Membaca Al-Qur’an mempengaruhi proses kimiawi yang terjadi dalam tubuh manusia sehingga dapat berfungsi aktif dan sempurna.


Persenyawaan kimia gen yang melibatkan ADN (Asam Deoksiribo Nukleat) dan ARN (Asam Ribo Nukleat) mengatur kode-kode, kemudian diterjemahkan dalam bentuk hormon-hormon dan enzim-enzim. Semuanya dapat dipengaruhi sekaligus menurunkan emosi (temperamental) pada diri manusia secara kimiawi (Cambell D, 2002).


Berdasarkan latar belakang diatas maka penelis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Terapi Bekam dan Bekam Plus Murrotal Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2020”.


Metode Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan Quasi-experiment design dengan jenis two group pretest dan posttests  design. Uji statistic menggunakan uji Marginal Homogeneity hipotesis komparatifkategorik berpasangan prinsip 2X (>2) dengan tingkat kemaknaan ἀ=0.05.


Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Hipertensi di Puskesmas Simpang Periuk pengambilan sample dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan cara accidental sampling yang berjumlah 60 orang.


Hasil Penelitian

1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada Pasien Bekam

Tekanan Darah Sistol Dan Diastol Sebelum Di Terapi Bekam N Mean SD

Tekanan Darah Sistol 30 1.6800E2 19.19051

Tekanan Darah Diastol 30 1.2900E2 11.84672.


Berdasarkan tabel diatas menunjukan rata-rata tekanan darah sistol sebelum dilakukan terapi bekam menunjukan nilai rata-rata sebesar  1.6800 dengan standar deviasi  19.19051. Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah diastole sebelum diberikan terapi bekam menunjukan nilai rata-rata 1.2900 dengan standar deviasi 11.84672.


2. Distribusi Frekuensi Responden Sesudah Di Terapi Bekam 

Tekanan Darah Sistol Dan Diastol Sesudah Di Terapi Bekam N Mean SD

Tekanan Darah Sistol 30 92.0000 8.05156

Tekanan Darah Diastol 30 83.3333 5.30669.


Berdasarkan tabel diatas menunjukan rata-rata tekanan darah sistol setelah dilakukan terapi bekam menunjukan nilai rata-rata sebesar  92.0000 dengan standar deviasi  8.05156. Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah diastole setelah diberikan terapi bekam menunjukan nilai rata-rata 83.3333 dengan standar deviasi 5.30669. 

Dari hasil tabel no 1 dan 2 diatas di dapatkan hasil bahwasannya terjadi perubahan terhadap tekanan darah ketika di berikan intervensi terapi bekam dengan melihat nilai Mean.


3. Distribusi Frekuensi Responden Sebelum Di Terapi Bekam Plus Murrotal

Tekanan Darah Sistol Dan Diastol Sebelum Di Terapi Bekam dan Murrotal N Mean SD

Tekanan Darah Sistol 30 1.6900E2 13.73392

Tekanan Darah Diastol 30 1.2900E2 11.84672


Berdasarkan tabel diatas menunjukan rata-rata tekanan darah sistol sebelum dilakukan terapi bekam dan murrotal menunjukan nilai rata-rata sebesar  1.6900 dengan standar deviasi  13.73392. Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah diastole sebelum diberikan terapi bekam dan murrotal menunjukan nilai rata-rata 1.2900 dengan standar deviasi 11.84672.


4. Distribusi Frekuensi Responden Sesudah Di Terapi Bekam Plus Murrotal

Tekanan Darah Sistol Dan Diastol Sesudah Di Terapi Bekam dan Murrotal N Mean SD

Tekanan Darah Sistol 30 89.6667 8.89918

Tekanan Darah Diastol 30 82.6667 4.30183


Berdasarkan tabel diatas menunjukan rata-rata tekanan darah sistol setelah dilakukan terapi bekam menunjukan nilai rata-rata sebesar  89.6667 dengan standar deviasi  8.89918. Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah diastole setelah diberikan terapi bekam menunjukan nilai rata-rata 82.6667 dengan standar deviasi 4.30183.


Dari hasil  tabel diatas no 3 dan 4 di dapatkan hasil bahwasannya terjadi perubahan terhadap tekanan darah ketika di berikan intervensi terapi bekam dan murrotal dengan melihat nilai Mean.


5. Perbedaan Tekanan Darah Pre dan Post Setelah Dilakukan Intervensi Terapi Bekam  

No N Mean SD P Value

1 Sistol Sebelum 30 3.90000 14.22722.000

2 Sistol Sesudah 30

3 Diastol Sebelum 30 8.66667 7.64890 .000

4 Diastil Sesudah 30


6. Perbedaan Tekanan Darah Pre dan Post Setelah Dilakukan Intervensi Terapi Bekam dan Murrotal   

No N Mean SD P Value

1 Sistol Sebelum 30 4.01667E1 15.22721 .000

2 Sistol Sesudah 30

3 Diastol Sebelum 30 7.00000 9.24755 .000

4 Diastil Sesudah 30


Berdasarkan tabel no 5 dan no 6, hasil uji statistik dengan uji paired t test didapatkan keduanya hasil p value 0,000. Berarti Intervensi Terapi Bekam dan Bekam+Murrotal berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Puskemas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau Tahun 2020.



 

Pembahasan 

Hasil  analisa  bivariat  dengan menggunakan uji normalitas menggunakan Quasi-experiment design dengan jenis two group pretest dan posttest design. Uji statistic menggunakan uji Marginal Homogeneity mendapatkan nilai signifikan sistol sebelum (0,000), diastol sebelum (0,000), sistol sesudah (0,000), diastol  sesudah  (0,000). Berdasarkan keterangan  di  atas  maka  dapat  disimpulkan data sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi bekam plus murrotal nilai p value menunjukkan  <  0,000  yang  berarti  nilai  p value < 0,05, maka hipotesa nol ditolak yaitu ada pengaruh terapi bekam plus murrotal terhadap penurunan tekanan darah setelah dilakukan bekam plus murrotal.


Hal serupa juga didapatkan pada penelitian oleh Mustika (2012) yaitu Pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di klinik de besh centre arrahman dan rumah sehat sabbihisma kota padang pada tekanan darah sistol dengan nilai p value adalah 0,000 untuk sistolik dan 0,003 untuk diastolic (p value< 0,05), maka terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah yaitu terjadinya penurunan tekanan darah sistol dan diastol. Apabila dilakukan pembekaman pada satu poin maka kulit (kutis), jaringan bawah kulit (subkutis), fasia, dan otot akan terjadi kerusakan dari mast cell atau lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine, bradikinin, slowreacting substance (SRS) serta zat lain yang belum  diketahui.


Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman ini menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil (Kusyati, 2014).


Bekam berperan menstimulasi reseptorreseptor khusus yang terkait dengan penciutan dan peregangan pembuluh darah (baroreseptor) sehingga pembuluh darah bisa merespon berbagai stimulus dan meningkatkan kepekaannya terhadap faktor-faktor penyebab hipertensi (Sharaf, Ahmad Razak, 2012).


Peneliti berasumsi bahwasanya terapi bekam yang diberikan kepada pasien hipertensi memiliki pengaruh yang bermakna pada tekanan darah sistolik dan diastolik pasien hipertensi sebelum dan sesudah terapi bekam. Bekam juga dapat dijadikan pengobatan alternatif bagi masyarakat yang memiliki penyakit hipertensi untuk menggunakan  pengobatan  terapi  bekam dengan rutin dan menjaga pola makan serta menghindari stres sebagai upaya penurunan tekanan darah.


Berdasarkan hasil penelitian maka cara untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi secara alamiah salah satunya yaitu dengan melakukan terapi bekam.


Simpulan

1. Kesimpulan dari hasil penelitian didapatkan bahwa telah terjadi perubahan sistolik dan diastolik pada nilai mean yang berarti terjadi penurunan tekanan darah setelah di terapi bekam plus murrotal. Dan ada pula pengaruh terapi bekam plus murrotal terhadap tekanan darah setelah dilakukan bekam plus murrotal dengan menggunakan uji Quasi-experiment design dengan jenis two group pretest dan posttest design.


2. Terdapat perbedaan signifikant nilai tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan bekam plus murrotal pada kelompok intervensi dimana rata-rata tekanan darah sistole maupun diastole turun secara signifikant sesudah intervensi bekam plus murrotal.


Referensi

Andra, 2013. Teori hipertensi. Diakses dari http://mufidah.co.id/teori-hipertensi.html. Dibuka pada 28 Desember 2019.


Astawan. 2003. dapat diakses: http://www.depkes.go.id/index.php?option= articles & task = viewer ticle & artid = 20 & itemed = 3.


Gunawan Lany. 2007. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Kanisius: Yogyakarta.

Izzo,  Joseph  L,.  Sica,  Domenic,.  &  Black, Hendry  R.  2008.  Hypertension Primer:  The  essentials  of  High Blood Pressure Basic Science, Population  Science,  and  Clinical Management,         Edisi         ke-4. Philadelphia.    USA.    Lippincott Williams & Wilkins. Hal 138.


Kasmui. Bekam Pengobatan Menurut Sunnah Nabi. ISYFI : Semarang. 2006

Kementrian Kesehatan RI, 2013.


Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular, Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kemenkes RI, Jakarta.


Kusyati,  Eni  dkk.  Pengaruh  Arah  Putaran  Jarum  Bekam  Basah  Terhadap Tekanan  Darah  Penderita  Hipertensi  di  Kedung.


Mundu Semarang. PPNI Jawa Tengah : Semarang, 2014.


Kusyati, E. Bekam Sebagai Terapi Komplementer keperawatan. Popup Design : Yogyakarta, 2012.


Majid, 2013 http://inhcms.azurewebsites.net/uploads/FA_InHealth_Gazette_01_April 2013_final_Web.pdf. Dibuka pada 16 Januari 2018.


Makmun Lukman H. 2007. Simposium Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskuler II. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta.


Muttaqin, A 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Nursalam, 2011.


Konsep dan Penerapan Metode  Penelitian  Ilmu Keperawatan:  Pedoman  Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi 2, Jakarta: Penerbit Salemba Medika.


Potter, P.A & Perry,A.G. 2008. Buku Ajar Fundamtal Keperawatan. Jakarta: EGC.                                   

Purba, 2012. Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma Oleh Pasien Asma. 

Artikel Kesehatan Universitas Sumatera Utara.


Ramaiah Savitri, 2007. HIPERTENSI. PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok. Gramedia. Jakarta.


Ridho, Achmad Ali. Bekam Sinergi : Rahasia Sinergi Pengobatan Nabi, Medis Modern, dan Traditional Chinese Medicine. Aqwamedika : Solo, 2012.


Riset Kesehatan Daerah (RISKESDA), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, Hipertensi, 2013.


Santoso, Ody. Pelatihan Bekam atau Hijamah. Yayasan Amal Media Suara Islam : Jakarta, 2012.


Saifudin Hakim, 2013 http://www.medicinenet.com/high_blood_pressure_pictures_slideshow/article.htm Dibuka pada 16 Januari 2018.


Sharaf, A.R. Penyakit dan Terapi Bekamnya Dasar-Dasar Ilmiah Terapi Bekam. Thibbia : Surakarta, 2012.


Susi dan Sarwono. 2008. Perencanaan Menu untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi. Edisi 7. Penebar Uwadya: Jakarta

Sustrani Lanny, dkk. 2014.  Hipertensi PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.


Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu . Yogyakarta : Graha Ilmu.

Umar, Wadda. A. Sembuh dengan Satu Titik.


Al-Qowam Publishing : Solo. 2008

Wajan, 2010. Symposium Pendekatan Holistic Penyakit Kardiovaskuler II. Jakarta: Pusat Informasi Dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI.


World Health Organization, 2014. Clinical Guidelines for the Management of Hypertension, WHO Regional Office for the Eastern Mediteranean Cairo, Cairo. (*)

close
Info Pasang Iklan